Love Or Friendship
"Aaah,"
desah Naruto sambil memandangi arena berlatih dari atas pohon. Sebenarnya bukan
arena itu yang ia pandangi, tapi cowok berrambut hitam lurus yang berlatih di
sana, Sasuke. "Mau sampai kapan ia akan berlatih di tempat itu?"
tanya Naruto pada dirinya sendiri. Ia memperhatikan baik-baik gerakan Sasuke
yang bagai sedang menari. "Padahal hari ini ada festival, bukanya
bersiap-siap malah latihan sampai jam segini. Apa dia nggak pergi hari ini?"
tanya Naruto penasaran.
Sasuke yang sedang
berlatih itu bukanya tak sadar kalau dirinya sedang diperhatikan, ia cuma tak
mau menggubrisnya, Siapa pun itu. Sasuke tak peduli ia mau dimata-matai atau
apa, saat ini cuma ada satu yang mengganggu pikiranya. Pesta dansa terakhir
yang akan digelar setelah festival selesai. Ia sudah mendapat banyak sekali
tawaran dari para gadis, termasuk dari Sakura, teman satu timnya, tapi ia sama
sekali tak berminat. Yang ingin ia ajak berdansa adalah teman satu timnya yang
satu lagi, Naruto!
Sasuke sendiri
juga heran kenapa ia punya perasan seperti itu pada teman cowoknya itu. Selama
ini ia menganggap Naruto orang bodoh yang cuma bisa mengganggu saja. Namun,
baru-baru ini, bukan cuma baru-baru ini sebetulnya, ia melihat perubahan yang
sangat signifikan pada bocah berambut pirang itu. Semakin lama Sasuke
memperhatikanya, semakin ia menyadarinya, kalau pribadi Naruto itu tidak
sesimpel yang ia pikir sebelumnya. Sangat bersemangat, memang konyol, dan mudah
ditebak pikiranya. Suka nekat dan sangat cerewet! Namun, semakin lama bersama
Naruto, Sasuke juga mengetahiu sisi baik cowok itu. Tak mudah menyerah di
segala situasi. Orang yang sangat berdedikasi jika sudah menerima misi, dan
bukan hanya itu, ia berusaha sekuat tenaga memenuhi segala janji dan apa pun
yang sudah diucapkanya.
Kalau dirinya
disebut sebagai jenius dalam tekhnik dan kemampuan, maka bagi Sasuke, Naruto
pantas disebut si jenius dalam bekerja keras. Belakangan ia merasa takut kalau
dirinya akan dilangkahi bocah itu. Karena berada di tim tujuh yang membosankan
itu, kesenangan satu-satunya bagi Sasuke adalah mengomentari dan melihat
kebodohan Naruto. Ia tak bisa membayangkan betapa bosanya dia kalau Naruto
sampai sejajar denganya. Tak bisa mencela atau memanas-manasi boah itu, bisa
mati bosan dia!
"Oi,
Sasuke!" panggil Naruto pada cowok itu. Akhirnya Naruto menyerah juga
menunggu Sasuke selesai berlatih. Ia turun ke arena untuk menyapa cowok itu.
"Na,
Naruto!?" kata Sasuke kaget. Ia sampai hampir tersandung batu di belakang
kakinya saat mundur sedikit ke belakang. "A, apa?" tanya Sasuke agak
panik karena tiba-tiba Naruto mendekatinya.
"Kenapa Kau
masih di sini? Kau nggak ikut festival?" tanya Naruto penasaran.
"Aku mau ikut
atau nggak itu kan, bukan urusanmu," kata Sasuke sok dingin sambil
membalikan badan.
Naruto sudah
terbiasa dengan komentar pedas sobatnya itu, jadi ia tak mudah marah hanya
karena diperlakukan seperti itu. "Beneran nggak pergi? Cewek-cewek udah
minta kamu jadi pasangan mereka untuk dansa terakhir, kan?" tanya nruto
lagi tak menaggapi kata-kata Sasuke.
"Memangnya
kenapa? Kau cemburu?" tanya Sasuke berniat menggoda sobatnya itu.
"Nggak juga
sih...aku kan, sadar kalau kau itu populer. Nggak ada gunanya bersaing denganmu
di mata cewek-cewek," kata Naruto kalem.
"Oh,
gitu...," komentar Sasuke bosan dan agak kecewa.
"Lagian aku
sudah dapat pasangan untuk dansa itu," lanjut Naruto.
"Apa!?"
tanya Sasuke kaget sekaligus tak percaya sampai melotot.
"Nggak usah
sekaget itu, kan!" protes Naruto kesal. "Memangnya aneh kalau aku
akan ikut berdansa?"
"Bukan,
maksudku, siapa yang akan jadi pasanganmu?" tanya Sasuke antusias atau
lebih tepatnya penasaran dan terlihat tak terima.
"Hinata yang
mengajakku," kata Naruto sambil meringis senang.
"Hinata...Hyuga
Hinata?" tanya Sasuke dengan wajah agak rikuh.
"Iya. Nggak
disangka ia berani mengajak cowok, kupikir dia akan dansa dengan Neji,"
kata Naruto sambil tertawa.
"Kau...kau
menerima ajakanya?" tanya Sasuke lagi.
"Tentu saja.
Dia udah mati-matian mengajakku, kalau kutolak kasihan, kan," kata Naruto
heran sendiri. "Kenapa kau bertanya seperti itu?"
"Kau tahu
arti dansa terakhir di akhir festival itu nggak?" tanya Sasuke lagi.
"Dansa ya,
dansa. Menari dengan pasangan, itu saja, kan?" jawab Naruto dengan tampang
tak berdosa
"Sudah
kuduga...," desah Sasuke lemas sambil menutup wajahnya. "Gini ya,
Naruto. Dansa terakhir di akhir festival Konoha adalah dansa yang diperuntukan
bagi sepasang kekasih atau suami istri. Kalau kau diajak dansa di dansa
terakhir oleh seorang cewek, itu artinya cewek itu ingin kau jadi pacarnya atau
suaminya di masa depan," jelas Sasuke dengan wajah sok tahu. "Kau
paham maksudnya? Kalau Hinata mengajakmu, itu artinya ia ingin kau jadi
pacarnya, dan kau menyanggupinya karena rasa kasihan, yang benar saja," kata
Sasuke tak percaya.
"Apa!? Yang
benar!?" teriak Naruto kaget. "Wah, kalau begitu bisa gawat, padahal
aku cuma menganggap Hinata sebagai teman!" kata Naruto panik. "Duh,
gimana nih, gimana nih!?"
"Cepat temui
dia dan minta maaf, Usuratonkachi!" teriak Sasuke salah tingkah.
"Ok, aku
pergi dulu! Sasuke cepat siap-siap, ya! Kau harus datang juga lho! Aku ingin
memberikan sesuatu buat Sasuke!" teriak Naruto seraya meninggalkan area
itu.
"Memberi
sesuatu...buatku?" tanya Sasuke heran.
Malam harinya
Sasuke mempersiapkan dirinya untuk menghadiri festival Desa Konoha. Sebetulnya
ia tak terlalu tertarik untuk pergi, tapi ia penasaran dengan apa yang tadi
dikatakan Naruto, tentang akan memberinya sesuatu. Ia memakai jas warna biru
tua dengan celana panjang berwarna sama. Setelah selesai bersiap-siap,
tiba-tiba bel pintu rumahnya berbunyi. Sasuke membuka pintu.
"Yo,"
sapa Naruto dengan suara ceria dan pakaianya yang tidak biasa itu membuat
Sasuke terpana.
"Apa-apaan
baju itu?" tanya Sasuke salah tingkah.
"Ini namanya
Yukata. Pakaian tradisional Negara Jepang," kata Naruto. "Cocok
tidak?" tanyanya.
Dibilang tidak
cocok juga tidak, sih... pikir Sasuke sambil
menatap Naruto dari ujung rambut sampai ujung kaki. Warna Yukata itu oranye,
seperti warna jaket yang biasa dipakai Naruto. Sulaman-sulaman benang emas
berbentuk kelopak bunga matahari di kain yukata itu sangat cocok dengan rambut
pirang Naruto. Mata birunya masih bersinar seperti biasanya dan itu semakin
membuatnya terlihat manis.
"Hei, aku
tanya cocok apa tidak, kau dengar?" tanya Naruto lagi.
Sasuke tersentak
dan menggeleng-gelengkan kepalanya dengan panik. Apa yang kupikirkan!? Apa
barusan aku berpikir Naruto manis!? Sasuke merasa tak percaya dengan
dirinya sendiri. Bagaimana mungkin ia menganggap teman cowoknya manis!?
"Sasuke, kau
kenapa, sih?" tanya Naruto mulai was-was karena Sasuke terlihat lebih aneh
dari biasanya, padahal biasanya saja dia sudah aneh kaya' alien. Hari ini alien
sudah mencapai ujung luar angkasa kali ya?
"Ng..nggak,
nggak apa-apa," kata Sasuke sambil mencoba menenangkan dirinya sendiri.
"Ngomong-ngomong, apa kau sudah menolak Hinata?" tanya Sasuke
mengganti topik tiba-tiba.
"Yup, aku
minta maaf dan bilang kalau aku hanya ingin berteman denganya. Terus Neji yang
menghiburnya dan mengjaknya menjadi pasangan. Gara-gara itu, Ino dan Tenten
menghajarku karena mereka mengincar Neji," Naruto tertawa salah tingkah.
"Lalu, kau
akan dansa terakhir dengan siapa?" tanya Sasuke tak tertarik dengan
penjelasanya barusan.
"Aku rasa
untuk dansa terakhir aku nggak ikutan. Aku belum ingin punya pacar, sih. Tapi
kalau Sakura-chan mengajakku, aku pasti akan menerimanya! Biarpun itu nggak
mungkin, sih... Sakura-chan mati-matian dandan biar bisa berpasangan dengan
Sasuke, sih!" kata Naruto agak sebal.
"Mau dandan
seperti apa juga, aku nggak akan berpasangan denganya," kata Sasuke merasa
jijik. "Cewek itu semuanya merepotkan," katanya dingin.
"Terus, kau
nggak mau dansa sama sekali? Atau kau mau ajak seseorang yang lain?" tanya
Naruto lagi. Sasuke tak langsung menjawab. Ia menatap Naruto cukup lama.
"Apa?" tanya Naruto merasa diperhatikan.
"Naruto...,"
Sasuke berniat mengajak Naruto jadi pasanganya, tapi suaranya tak mau keluar.
Akhirnya ia cuma diam sampai Naruto bosan menunggu.
"Kau ini jadi
ngomong apa nggak, sih?" tanya Naruto bosan.
"Eh...nggak,
nanti saja," kata Sasuke sambil mengalihkan pandangan.
"Dasar orang
aneh," cela Naruto salah tingkah. "Ya sudah. Udah siap, kan? Ayo
pergi!" ajak Naruto sambil menarik pergelangan tangan Sasuke.
Whoaaa! pikir Sasuke terkejut. "Tunggu, jangan gandeng aku...!"
katanya setengah hati keberatan, yang setengah lagi merasa senang sekaligus
malu.
"Ah, sorry.
Terlalu bersemangat, sih, jadi narik, deh!" kata bocah pirang itu sambil
meringis ceria. Ia melepaskan pergelangan tangan Sasuke yang masih terkesiap
menatapnya, tapi, karena Naruto itu nggak peka, ia tak merasa apa-apa di tatap
seperti itu oleh Sasuke.
Aku pengen
mengajaknya dansaaa! pikir Sasuke semakin
menjadi-jadi. "Naruto!" panggil Sasuke lagi setelah mereka sampai di
tempat festifal.
"Apa?"
tanya Naruto.
"Aku...,"
Sasuke memulai, "aku mau...!"
"Naruto!"
Seseorang memotong kata-kata Sasuke. Naruto menoleh ke arah orang yang baru
saja memanggilnya.
"Ah,
Iruka-sensei!!" panggil Naruto sangat senang sambil melambaikan tangan
pada mantan gurunya di akademi itu dengan semangat.
What a bad
timiiiiing!! seru Sasuke dalam hatinya dengan
kesal. Ia mengepalkan tinjunya dan melemparkan pandangan tajam pada mantan
gurunya itu.
"Syukurlah
kau datang, aku butuh bantuanmu sebentar," kata Iruka tampak sangat panik.
"Aku?"
tanya Naruto.
"Betul, apa
kau bisa membantu sebentar untuk persiapan dansa terakhir?" tanya si lumba-lumba
(Iruka) itu dengan pandangan sangat memohon.
"Membantu
persiapan...nggak apa-apa, sih," katanya sambil berpikir. "Toh, aku
tidak ikut dansa. Baiklah, aku bantu!" lanjut Naruto seraya tersenyum
dengan senang hati.
Heeei!! pikir Sasuke tak terima.
"Syukurlah,
ayo ikut aku," kata Iruka seraya menggandeng tangan Naruto. Naruto tampak
senang bisa membantu gurunya itu.
"Ah, kita
duluan, ya, Sasuke!" Naruto berteriak dan melambaikan tangan pada
sobatnya.
Tunggu dulu!
Lalu aku gimana!? Sasuke ingin sekali berteriak
begitu, tapi ia tak bisa mengatakanya dan cuma bisa melihat sobatnya itu pergi
bersama mantan gurunya. Sasuke menghela nafas panjang. "Gagal...,"
desahnya lemas.
"Apanya yang
gagal?" tanya seseorang di belakangnya. Sasuke menoleh ke arah cewek berambut
pink yang menyapanya itu dengan pandangan tak suka.
"Itu bukan
urusanmu, kan?" kata Sasuke dingin.
"Sasuke, kau
ini tetap saja berhati dingin!" sela Kiba ketus.
"Cerewet,
muncul dari mana kau?" tanya Sasuke heran karena tiba-tiba cowok itu ada
di sampingnya.
"Muncul dari
mana kan, terserah aku," kata Kiba sambil menjulurkan lidah.
"Ngomong-ngomong, mana Naruto?" tanya Kiba lagi.
"Dia dibawa
kabur sama guru favoritnya," kata Sasuke agak kesal.
"Suaramu kok,
kaya' nggak rela, Sasuke-kun?" tanya Sakura bercanda sambil tersenyum.
Aku memang
nggak rela! tadinya dia mau bilang begitu, tapi dia
diam saja tak menggubrisnya.
"Sakura!"
panggil seorang cewek lain dari kejauhan. Sakura menoleh ke arah cewek berambut
pirang itu.
"Ino!"
panggilnya juga seraya melambaikan tangan.
"Kyaaa,
Sakura, bajumu manis banget!" puji Ino setelah ada di dekatnya.
"Iya, kan!
Aku mau dansa dengan Sasuke-kun, jadi harus tampil cantik," katanya
terlihat sangat senang.
"Tunggu,
siapa yang mau dansa denganmu?" tanya Sasuke bosan. "Aku nggak akan
dansa," katanya lagi dengan dingin.
"Jangan gitu,
Sasuke-kun! Aku juga mau dansa denganmu!" kata Ino.
"Bukanya kau
mau dansa dengan Neji?" tanya Shikamaru yang tiba-tiba muncul di
belakangnya.
"Gyaaa!
Shikamaru! Jangan ngagetin, bisa nggak, sih!?" teriak Ino kesal.
"Sorry,"
katanya salah tingkah.
"Neji sudah
mutusin mau dansa sama Hinata," kata Ino sedih.
"Itu bukan
urusanku. Pokoknya aku nggak akan dansa selain dengan...," Sasuke nggak
melanjutkan kata-katanya. "Aku mau makan," katanya kemudian.
"Hei! Siapa
yang mau kau ajak dansa!?" tanya cewek-cewek itu pnasaran, tapi tentu saja
Sasuke tak kan mengatakanya. Nyaris saja dia tadi bilang Naruto! Sasuke
melarikan diri dari kerumunan orang itu, tunggu! Uchiha nggak akan melarikan
diri, tahu! Dia cuma menghindar, ya, itu yang benar.
Sementara itu,
Naruto...
"Tunggu...,
bukanya tadi membantu persiapan? Kok aku harus memakai ini!?" teriak
Naruto tak terima sambil mengangkat benda di depanya itu dengan wajah
salah tingkah dan agak merinding.
"Aku mohon,
Naruto! Yang seharusnya memakainya tak bisa hadir karena cedera. Kau kan yang
paling ahli dalam urusan ini. Nilaimu yang terbaik di akademi waktu itu yang
membuatku yakin, kau pasti bisa! Bukan, cuma kau yang bisa!" pinta Iruka
dengan sangat memohon sambil mengatupkan kedua telapak tanganya di depan
wajahnya.
"Biarpun kau
bilang begitu...," Naruto masih tampak keberatan.
"Aku akan
mentraktirmu makan ramen sebulan!" tawarnya kemudian.
"Benarkah!?"
teriak Naruto senang. Iruka mengangguk dengan serius. "Ok! Serahkan saja
padaku! Akan kulakukan yang terbaik!!" Terima Naruto dengan semangat.
"Demi ramen gratis sebulaaan!!"
"Tapi
dirahasiakan, ya!" wanti Iruka.
"Tentu saja.
Aku juga nggak mau dianggap orang aneh, lho!" kata Naruto dengan wajah
salah tingkah.
Festival pun
berjalan dengan ramai. Sasuke menolak semua gadis yang mengajaknya berdansa
untuk dansa biasa atau dansa terkahir. Ia hanya makan dan bermain di festival
itu. Kemudian, waktu untuk tarian ritual akan segera tiba. Untuk tarian ritual
ini, Konohagakure memanggil miko dari luar desa untuk menarikannya. Tarian
ritual ini dimaksudkan sebagai persembahan kepada dewa agar selalu melindungi
desa itu. Semua penduduk desa wajib melihat tarian ritual ini.
Sasuke berjalan
dengan malas menuju tempat duduk yang sudah disediakan. Ia memilih tempat duduk
yang tidak ramai dan strategis untuk memperhatikan panggung yang sudah
disiapkan semalam suntuk oleh para panitia festival. "Naruto nggak balik
lagi," katanya lemas. "Memangnya sesibuk itu di belakang layar?"
"Sasuke,"
panggil seorang cowok dari belakangya.
"Hyuuga
Neji...," sapa Sasuke balik saat melihat cowok yang menyapanya tadi. Ia
bersama Hinata yang digandengnya dengan mesra.
"Sendirian
saja?" tanyanya seraya duduk di samping Sasuke.
"Begitulah,"
jawabnya tak nyaman. Entah kenapa Sasuke tak pernah bisa nyaman atau tenang
berada di samping cowok ini. Barangkali karena matanya yang tajam itu. Sasuke
benci melihat ke mata orang ini karena dia pandai menebak perasaan orang dan
dia nggak mau perasaanya diketahui orang yang satu ini. Kadang dia beranggapan
Neji adalah musuh alaminya.
Sama halnya dengan
Sasuke, Neji juga tak pernah bisa menganggap cowok berambut hitam itu sebagai
teman. Sekedar kenalan, dalihnya karena dia nggak pernah bisa mengerti dengan
apa yang ada di kepala ninja itu. Dia menganggap Sasuke sebagai tipe cowok di
luar kategori manusia. Cuma alien yang mengerti apa yang ada di pikiranya.
"Kau jadian
dengan Hinata?" tanya Sasuke membuka pembicaraan. Biasanya dia nggak
tertarik dengan hal semacam ini, tapi ini untuk menghilangkan suasana tak enak
di antara mereka.
"Begitulah...,"
kata Neji pelan. Wajahnya agak memerah sementara Hinta sudah merah padam hanya
dengan mendengar percakapan dua cowok itu.
"Bukanya
Hinata suka pada Naruto?" tanya Sasuke seraya melirik cewek pendiam
berambut pendek yang suka malu-malu dan panik sendiri itu.
"Iya, sih, tapi...,"
Neji tak bisa mengatakan apa yang ingin ia katakan karena itu akan melukai
Hinata. Ia jadi salah tingkah.
"Ditolak,
ya?" tanya Sasuke pura-pura tak tahu. Padahal ia yang menyarankan hal itu
pada Naruto sebelumya.
"Bukan
ditolak, Naruto bilang cuma mau berteman, kok," kata Neji berusaha
membesarkan hati Hinata.
Itu namanya
ditolak, bodoh... pikir Sasuke, tapi ia tak
mengatakan apa-apa. "Terus, Lee bagaimana?" tanya Sasuke mengganti
topik.
"Lee berusaha
mengajak Sakura-san dansa," kata Neji lagi. "Kau sendiri nggak ingin
berdansa?" tanyanya balik.
"Tidak, ini
membosankan, dan aku tidak berminat dengan cewek-cewek Konoha. Entah kalau
nanti mikonya cantik. Mungkin aku akan mengajaknya," kata Sasuke bercanda,
tapi diucapkanya dengan wajah serius. Melihat itu, Neji jadi salah tingkah.
Beberapa saat
kemudian, seluruh tempat duduk sudah dipenuhi warga desa Konoha. Musik untuk
tarian ritual telah dibunyikan dan semua mata memandang ke arah panggung ketika
terdengar suara lonceng dari gelang kaki sang miko. Sasuke memperhatikan dengan
malas. Ketika sang miko keluar dari singgasana berbentuk bunga mawar dan mulai
menari, semua mata serentak memandang sosok wanita anggun berambut pirang dan
bermata biru itu dengan takjub, terkesiap, dan dengan nafas tertahan.
"Cantiknya...!"
puji Hinata tanpa sadar. Memang, miko itu sangat cantik. Garis tubuhnya
terlihat sangat indah, gerakanya sangat halus dan lembut. Tarian itu memikat
hati tak hanya para cowok, tapi juga cewek. Lirikan mata sang miko memabukan
kaum cowok. Gerakan dan wangi tubuhnya menggoda para cewek. Sosok yang mutlak
dicintai.
Sasuke sampai
melotot memandang miko itu. Lirikanya, gerakan tubuhnya, wangi tubuhnya... Sempurna...!
pikir Sasuke tak percaya. Ada juga cewek seperti itu di muka bumi. Luar biasa
cantik dan lembut bagaikan dewi yang turun dari langit. Sasuke tak berkedip
sedikit pun. Rambut pirang dan mata biru miko itu mengingatkanya pada Naruto,
tapi pikiran itu segera disingkirkanya jauh-jauh. Kemanisan Naruto tak ada
apa-apanya dengan miko itu. Sasuke sendiri tak menyangka akan terpikat oleh
sang miko. Padahal tadi dia hanya bercanda, tapi setelah melihat miko itu, ia
jadi benar-benar ingin mengajaknya berdansa.
"Luar
biasa..."
"Sangat
seksi..."
"Cantiknya..."
Komentar demi
komentar keluar dari mulut para penduduk. Semuanya memandang sang miko dengan
terpesona, bagaikan sedang disihir. Iruka yang juga melihat aksi miko itu di
dekat panggung juga sampai terkesiap dan terbelalak tak percaya.
"Iruka-sensei,"
panggil Kakashi dari belakangnya. Iruka tersentak kaget dan segera menoleh ke
arah Jounin berambut perak itu.
"Ka,
Kakashi-sensei...," sapa Iruka balik sambil terbata-bata.
"Rupanya kau
juga terpesona dengan tarian miko itu, ya?" tanya Kakashi seraya
tersenyum.
"Eh,
yah...," kata Iruka salah tingkah wajahnya sedikit memerah.
"Tapi, miko
itu memang luar biasa. Lihat saja, seluruh penduduk desa tak melepaskan
pandangan darinya. Ia bisa memikat hati lelaki dan perempuan. Hebat sekali kau
bisa menemukan miko seperti itu. Dari kuil mana?" tanya Kakashi kemudian.
Iruka tersentak dan menelan ludah.
"Ah...eh...,"
Iruka tak bisa menjawab pertanyaan itu.
Bagaimana
iniiii!? Mana mungkin aku bilang kalau miko yang sedang menari dengan anggun
itu adalah NARUTO!? pikir Iruka bingung. Ia sendiri
tidak menduganya. Memang, Naruto memiliki kelenturan tubuh dan jurus sexy serta
bakat dalam menari, tapi ia tak menyangka akan sedasyat itu.
Iruka dulu
mengajarinya menari karena Naruto tertarik dengan tarian, tapi itu cuma
sebentar karena tak lama kemudian ia bosan. Iruka tak menyangka setelah sekian
lama Naruto masih bisa bergerak begitu luwes. Bukan hanya itu, ada sesuatu
dalam diri Naruto yang bisa menangkap perhatian dan memikat hati orang lain.
Cahaya yang hanya dimiliki oleh bocah berambut pirang itu.
"Ada apa,
Iruka-sensei?" tanya Kakashi heran melihat wajah Iruka yang panik dan
kebingungan sampai pucat pasi.
"Eh,
nggak...itu...," Iruka benar-benar nggak bisa menjawabnya. Ia sampai
berkeringat dingin. "Oh ya," katanya tiba-tiba. "Miko itu tak
ingin nama kuilnya disebutkan, aku juga tak tahu, sih," kata Iruka
beralasan dan tentu saja itu bohong.
"Lho, lalu
bagaimana kau bisa menemukanya?" tanya Kakashi heran.
"Ah, waktu
itu aku tak sengaja melihat pertunjukan tarianya. Sepertinya dia miko yang
berkelana dan mengumpulkan uang dengan menari tarian ritual," kata Iruka
lagi dengan ragu-ragu.
"Heee, kalau
begitu kita sangat beruntung menemukanya, ya?" kata Kakashi tampak
bersyukur. Iruka tertawa salah tingkah.
Dia
percayaaaa...! pikirnya sambil menagis saking
senangnya.
Beberapa saat
kemudian, tarian ritual selesai. Begitu sang miko selesai menari,
berpuluh-puluh cowok langsung turun ke panggung.
"Nona Miko,
menarilah denganku!"
"Nggak!
Menari denganku saja!!"
"Nona Miko,
jadilah pacarku!!"
Para cowok begitu
antusias dan mengerubungi Naruto yang masih dalam wujud mikonya itu dan
mengelu-elukan namanya.
Whoaaaa, ada
apa ini!? pikir Naruto panik karena dikeroyok.
"Eh, maaf, permisi," kata Naruto berusaha tenang dan sopan sambil
mencari jalan untuk kabur.
"Jangan lari,
Nona Miko! Menarilah denganku!!" seru para cowok itu begitu antusias
sampai ada yang menghalangi jalan Naruto dan menyenuh tanganya yang mulus dan
lembut itu.
Waaaa,
tolooong! pikirnya panik.
Tiba-tiba,
seseorang memegang tangan dan pinggangnya, lalu mengangkatnya dan
menggendongnya seraya melompat keluar dari kerumunan para cowok tersebut,
kemudian membawanya kabur dari sana. Sementara para cowok di kerumunan itu
langsung memprotes dan memaki-maki cowok yang membawa Naruto kabur dari tempat
itu.
Se...selamat... pikir Naruto sambil menghela nafas lega. "Ah, anu...,"
kata Naruto sambil mengangkat wajahnya melihat siapa penyelamatnya. Naruto
langsung membeku begitu sadar siapa cowok yang membawanya kabur itu. Sa,
Sa-Sasukeeeee!!? pikirnya sangat kaget.
Sasuke menatap
Naruto yang membeku di gendonganya itu sambil tersenyum kalem. Ia berhenti
melompat dan menurunkan Naruto yang masih shok dan membeku saking paniknya.
Naruto tak mengira dari sekian banyak orang yang ada, malah Sasuke yang
menolongnya. Kalau sampai ketahuan bahwa dirinya adalah Naruto, habis sudah.
Selama sisa hidupnya ia akan dianggap orang aneh yang suka cross-dressing
oleh sobatnya itu. Naruto jadi pucat pasi memikirkanya.
"Ah, maaf,
apa kau terluka?" tanya Sasuke penuh perhatian. Naruto jadi kaget mendengarnya.
Ia tak mengatakan apa-apa, hanya memandang Sasuke dengan tak percaya.
Sasuke yang
arogan dan super dingin itu...bicara penuh perhatian pada seorang cewek!? pikir Naruto tak percaya. Ia memasang wajah seakan dunia mau
kiamat.
"Nona
Miko?" tanya Sasuke lagi karena Naruto diam saja.
Naruto tersentak.
"Ah...eh, bukan, maaf...," kata Naruto malu-malu seperti seorang
cewek sungguhan. "Aku nggak apa-apa, makasih sudah ditolong," katanya
sambil tersenyum manis. Wajah Sasuke sedikit memerah melhat senyuman Naruto.
Ma...manis
bangeeet! Pikir si Uchiha nyaris mimisan.
Heh...? barusan
wajah Sasuke memerah, ya!? pikir Naruto mulai
tertarik. Masa' sih...Sasuke jatuh cinta pada wujud mikoku!? Naruto
nyaris tertawa memikirkanya. Bagaimana kalau sekarang ia berubah wujud lagi
menjadi Naruto, seperti apa wajah Sasuke saat melihat cewek yang ditaksirnya
ternyata adalah seorang Naruto.
Tadinya Naruto
berencana begitu, tapi entah kenapa niatnya batal saat melihat wajah Sasuke
yang menatapnya dengan sangat lembut. Naruto jadi salah tingkah sendiri.
"Ah, maaf.
Aku nggak sopan, sudah memandangimu begitu," kata Sasuke merasa tak enak.
Sasuke pakai
bahasa sopaaan! teriak Naruto dalam hatinya yang
tertawa terpingkal-pingkal. Ia nyaris tak bisa menahan tawanya lagi.
Sampai-sampai ia harus membalikkan badan supaya tak ketahuan oleh Sasuke.
"Ng...nggak apa-apa, kok...," kata Naruto pelan dengan badan gemetar.
"Kau kedinginan?"
tanya Sasuke salah paham. Ia melepaskan jasnya dan meletakkanya di bahu Naruto.
"Eh...nggak
usah," tolak Naruto salah tingkah. Whooaaa, dia perhatian banget sama
cewek asing. Coba dia bersikap begitu pada Sakura-chan atau Ino, mereka bakal
mimisan! pikir Naruto masih terus menahan tawa.
"Nggak
apa-apa. Kau pasti lelah setelah menari, dan keringatmu begitu banyak, dengan
pakaian setipis itu kau bisa masuk angin," kata Sasuke.
"Maaf, kenapa
kau memperhatikan aku?" tanya Naruto feminin.
"Eh?"
Wajah Sasuke memerah. "Ah, aku terpesona dengan tarianmu, indah
sekali," pujinya dengan wajah canggung dan malu-malu. Sifat coolnya jadi
hilang. "Lagipula...entah kenapa aku merasa kau mirip dengan
temanku," kata Sasuke lagi.
Naruto tersentak
kaget. Ke-ketahuan!? Pikir Naruto panik.
"Dia juga
berambut pirang dan bermata biru. Dia juga manis sekali," kata Sasuke
tampak senang saat membicarakanya.
"Apa?"
tanya Naruto kaget. Manis? Cewek, ya? Memangnya ada cewek berambut pirang di
sini? Ino kah? pikir Naruto heran. "Apa itu artinya aku manis?"
tanya Naruto sambil tersenyum. Dasar Sasuke! Dia nggak pernah bilang kalau
punya cewek yang disukai, Ino lagi!. "Apa aku semanis gadis itu?"
tanya Naruto lagi bermaksud menggoda Sasuke.
"Eh...dia
bukan seorang gadis," kata Sasuke. Naruto langsung membeku. "Namanya
Uzumaki Naruto, teman satu timku," kata Sasuke.
"Tunggu...dia
lelaki, tapi kau menganggapnya manis?" tanya Naruto tak percaya. Ia jadi
agak merinding.
"Dia memang
manis, kok. Meskipun cowok," kata Sasuke sambil tersenyum senang. Naruto
jadi sangat malu. Wajahnya jadi merah padam.
"A...apa kau
menyukai temanmu itu?" tanya Naruto berusaha tenang.
"Dalam banyak
arti...ya, aku menyukainya," jawab Sasuke jujur.
Wajah Naruto
langsung meledak merah padam, Y-ya-yang bener ajaaa! Sa-Sa-Sasuke, Sasuke si
pangeran es menyukaikuuuu!! pikir Naruto sudah nggak tahan lagi.
"Ke, kenapa
wajahmu merah, Nona Miko? Kau sakit?" tanya Sasuke khawatir. Ia menyentuh
dahi Naruto dengan lembut.
Waaa, waaa,
waaa! Naruto memejamkan matanya dengan panik, dan
makin malu. Wajahnya makin merah padam. Sebetulnya Naruto juga menyimpan rasa
sayang pada sobatnya itu, tapi ia nggak pernah menunjukanya karena takut akan
ditolak, tapi sekarang...
"Sasuke,"
panggil Naruto.
Sasuke menatap
miko dengan pandangan heran. "Eh...memangnya aku menyebutkan namaku?"
tanyanya.
Naruto memandang
Sasuke lekat-lekat dengan mata birunya. Kemudian ia tersenyum "Aku
menyukaimu," kata Naruto.
"Eh?"
Sasuke sangat terkejut mendengarnya.
"Kau
mau...menari denganku saat Last Dance?" ajak Naruto.
Sasuke masih
terpana memandang cewek di depanya itu. Ia masih heran kenapa cewek itu tahu
namanya, tapi ia terlalu senang untuk memikirkan itu sekarang. Ia tersenyum.
"Tentu," jawabnya.
Mereka kembali ke
panggung saat lagu Last Dance diputar. Sasuke berpasangan dengan Naruto dengan
wujud mikonya. Saat melihat kedua orang itu menari bersama, banyak sekali cowok
dan cewek yang nangis karena idola mereka sudah dapat pasangan, tapi banyak
juga yang memuji 'pasangan serasi' menurut mereka.
Naruto tersenyum
senang saat menari. Begitu pula Sasuke. Setelah Last Dance selesai, mereka
saling berpandangan.
"Terima
kasih," kata Naruto. "Setelah ini, mungkin kita nggak ketemu
lagi," lanjutnya sambil tersenyum.
"Eh?"
tanya Sasuke tampak kaget. Ia hendak protes, tapi segera dipotong Naruto.
"Tapi tenang
saja! Kita akan ketemu lagi, kok, biarpun bukan dengan wujud yang ini,"
kata Naruto masih terlihat senang.
"Apa?"
tanya Sasuke tak mengerti.
"Sasuke, aku
belum memberi tahumu namaku, ya?" tanya Naruto lagi. Sasuke mengangguk
masih heran. Naruto mendekat ke arah Sasuke, berjinjit, kemudian membisikkan
sesuatu di telinganya.
Sesaat setelah
Naruto selesai membisikkan namanya, wajah Sasuke langsung merah padam. Naruto
meringis senang dan memeluk cowok itu dengan wajah sangat bahagia. "Aku
menyukaimu, Sasuke!" kata Naruto dengan bahasa cowok.
"Na-Na-Narutoooo!"
teriak Sasuke benar-benar malu. Wajahnya sampai merah padam, tapi tak bisa
dipungkiri kalau ia sangat bahagia juga.
"Sampai jumpa
besok, Sasuke-chan!" kata Naruto sambil melambaikan tangan pada Sasuke
yang masih merah padam. Karena Naruto sangat senang melihat sisi Sasuke yang
ini, ia jadi ingin menggodanya. Naruto memejamkan matanya dan mencium pipi
Sasuke penuh perasaan. Wajah Sasuke jadi makin panas. "Dadah!" katanya
sambil melarikan diri.
Sasuke jadi tak
tahu harus bersikap seperti apa saat bertemu dengan Naruto besok. Apa perasaan
yang seperti ini masih bisa disebut persahabatan? Atau jangan-jangan...ini
adalah cinta?